Langsung ke konten utama

PEMBINAAN SERATI BANTEN


Puluhan serati banten, Sabtu (14/04/2018) mengikuti pelatihan serati banten dalam rangka pelestarian dan aktualisasi adat dan budaya yang dilaksanakan oleh  Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klungkung, pelatihan yang di pusatkan di Wantilan Pura Kentel Gumi, dibuka oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klungkung Bapak Ida Bagus Made Oka Yusa Manuaba, dalam sambutannya menekankan agar para sarati banten tetap menjaga keajegan budaya bali dengan membuat upakara/banten yang benar supaya  upakara/banten tersebut sesuai dengan fungsinya. Ia juga menambahkan kegiatan ini digelar agar kualitas para sarati meningkat dalam kesehariannya dalam melayani umat dalam hal upakara. Beliau juga berpesan agar dalam konteks Pilkada di Kabupaten Klungkung agar para sarati tetap bersatu dan tidak terpecah belah dan memilih sesuai dengan hati nurani.


Narasumber yang di hadirkan dalam pelatihan tersebut Dewa Soma dari Dinas Pemuda dan Olahraga yang merupakan praktisi upakara di kabupaten Klungkung, memberikan materi etika dan makna Upakara, Ia  mengatakan siklus upakara di Bali itu akan terus ada sehingga siklus perekonomian ada pula, dalam pelatihan tersebut serati banten dituntut tidak hanya paham membuat banten dan menghaturkannya dalam bentuk upacara namun juga harus paham filsafat yang terkandung di dalamnya.


Dewa Soma , mengungkapkan upacara di Bali dengan sarana banten atau sesajen tidak dapat terlepas dari Tri Kerangka Umat Hindu yang meliputi Tatwa, Susila dan Upacara. “Serati sekarang diharapkan tidak lagi memiliki pemahaman asal jadi, asal cepat dan mudah dalam membuat banten atau sarana upakara tetapi paham makna dan arti filosofisnya,” ujar dia.


Ia menambahkan, pelatihan kali ini yang di ikuti oleh 50 orang serati se Kabupaten Klungkung agar digelar secara rutin agar para serati faham tentang sarana upakara.


Sedangkan  narasumber lainnya berasal dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klungkung, I Dewa Nyoman Polos Selaku Kasi URA Agama Hindu, dengan materi swadharma sarati banten dalam yadnya agama hindu. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan bahwa serati adalah orang memiliki kewajiban serta tugas untuk mempersiapakan sarana persembahan terkait dengan upacara yadna yang dilakukan oleh umat Hindu, dimana Serati di Bali lebih dikenal sebagai tukang banten. (@merta81)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAMA - NAMA BINATANG DALAM BAHASA BALI

Adan-adan buron 1.    Panak Jaran madan bebedag 2.    Panak kambing madan wiwi 3.    Panak meng madan tai 4.    Panak bojog madan apa 5.    Panak sampi madan godel 6.    Panak bebek madan memeri 7.    Panak siap madan pitik 8.    Panak bikul madan nyingnying 9.    Panak bangkung madan kucit 10.    Panak cicing madan kuluk/konyong 11.    Panak kakul madan picipici 12.    Panak penyu madan tukik 13.    Inan lindung madan kodes 14.    Panak capung madan blauk 15.    Celeng ane kaliwat wayah kanti pesu caling madan bangkal 16.    Inan pitike madan pangina 17.    siap ane muani suba wayah madan manuk 18.    yuyu di pasihe madan cangking 19.    kakul di pasihe madan omang-omang 20. Pa nak Maca...

Perjalanan Diri

 Perjalanan menuju Harmonisasi Diri  1. #SUGIHAN_TENTEN #Buda_Pon_Sungsang ,.Disebut Sugihan Tenten karena merupakan hari Ngentenin atau  Memperingatkan, mengingatkan umat manusia bahwa sebelum Kemenangan Dharma tiba, Sang Bhuta Tiga akan hadir untuk menggoda umat manusia. 2. #SUGIHAN_JAWA   #Wrahaspati_Wage_Sungsang disebut SUGIHAN JAWA berasal dari dua kata ;      SUGI  memiliki arti bersih, suci.      JAWA ( Jaba ) yang artinya luar.  Sugihan Jawa adalah hari sebagai Pabersihan /Penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).  Pada hari ini melaksanakan upacara yang disebut #Mererebu atau #Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk Nyomia / menetralisir segala sesuatu yang Negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Sanggah /Merajan, dan Rumah.  3. #SUGIHAN_BALI #Sukra_Kliwon_Sungsang disebut Sugihan Bali memiliki makna yaitu penyucian/pembers...

NAMA - NAMA BHUTA KALA

Menurut Lontar Siwa Gama, kata Bhuta berasal dari suku “BHU” yang berarti menjadi, ada, gelap, berbentuk, mahluk. Kemudian berkembang menjadi “BHUTA” yang artinya telah diwujudkan. Sedangkan untuk kata “KALA”, berarti energi, waktu. Sehingga kata BHUTA KALA artinya adalah energi yang timbul dan mengakibatkan kegelapan. Bhuta Kala sering diwujudkan dalam bentuk iblis dengan rupa menyeramkan . Dalam Lontar Purwa Bhumi Kemulan, disebutkan nama-nama Bhuta Kala yang diciptakan dari yoga Bhatari Durga yang menghuni seluruh tempat, antara lain : . - Singha Kala di tanah - Kala Wisesa di langit - Bhuta Lamis di batu - Wisnu Pujut di malam hari - Bangbang Pita di siang hari - Kala Nundang di jalan - DoraKala di pintu gerbang - Hyang Maraja di halaman - Bhuta suci di sanggar - Bhuta Sayah di Bale agung - Kala Graha di Kuburan - Bhuta Ngadang di persimpangan jalan - Kala Dungkang di bebaturan - Bhuta Duleg di bawah tempat tidur - Bhuta Ndelik di bilah-bilah bambu galaran - Bh...