Langsung ke konten utama

UPACARA MEBAYUH OTON di DESA PIKAT

Menurut buku wariga agung, Mebayuh bisa diketegorikan dalam dua klasifikasi ;

1  Mebayuh yang bersifat reguler atau berkelanjutan yang dilaksanakan setiap perubahan status, misalnya dari staus anak - anak menjadi remaja, dari status remaja menjadi dewasa (menikah), dari status dewasa menjadi orang tua, dan dari status menjadi orang tua menjadi kakek atau nenek. 

2.      Mebayuh yang dilaksanakan karena kondisi tertentu, misalnya kelainan jiwa, terkena kesakitan, sering menemui ala atau kecelakanaan dan hala - hal yang bersifat marabahaya lainnya. 
   
     Di Desa Pikat ada seorang Pemangku yang bernama Jro Mangku Sumiata yang memiliki Lontar tentang upacara bayuh Oton. Tiap hari ada saja warga Desa Pikat yang datang untuk menanyakan / mewacakang tentang upacara bayuh oton dan apa saja yang harus dilakukan saat mebayuh oton. Misalnya di kehidupan terdahulu orang yang akan di bayuh oton tersebut mempunyai janji yang belum terbayarkan maka melalui proses pewacakan akan diketahui hal tersebut, selain itu lewat pewacakan pula diketahui jenis upakara yang harus disiapkan dalam upacara bayuh oton.

     
     
Menurut sastra: Lontar Jyotisha mebayuh atau metubah atau mebebangan untuk “mengurangi keburukan dan menambah kebaikan” maka upacara itu dilakukan pada saat otonan ybs menurut perhitungan: wuku, sapta wara, dan panca wara.

Otonan berasal dari kata pawetuan dan lebih mendasar lagi berasal dari kata wetu, yang artinya keluar atau lebih tepatnya dalam kaitan ini : lahir. Jadi otonan adalah upacara memperingati hari kelahiran kita (manusia). Mengapa otonan perlu diperingati melalui pelaksanaan upacara. Ada beberapa hal yang penting dikemukakan :

1.    Menyatakan terima kasih kepada Sanghyang Widhi karena roh diperkenankan lahir kembali (re-inkarnasi) menjadi manusia. Kitab suci Sarasamuscaya VI.4 menyatakan : “Apan iking dadi wang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wang ika”. Terjemahannya : Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.


2.     Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa manusia mempunyai tiga “badan” : stula sarira, suksma sarira, dan duta karana sarira. Setiap manusia wajib memelihara ketiga badan ini dengan baik agar dapat mencapai mokshartam jagaditaya ca iti dharmah. Stula sarira dipelihara dengan menjaga kesehatan dan vitalitas. Suksma sarira dipelihara dengan melaksanakan upacara-upacara manusa-yadnya. Dan bila stula sarira dan suksma sarira dalam kondisi “sehat” maka dengan sendirinya duta karana sarira akan sehat pula. Salah satu upacara manusa-yadnya adalah otonan.
      
     Dewasa ini upacara mebayuh tidak hanya dilakukan oleh warga lokal bali saja, akan tetapi sudah banyak turis-turis yang liburan ke Bali melakukan upacara bayuh oton.(@merta81) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAMA - NAMA BINATANG DALAM BAHASA BALI

Adan-adan buron 1.    Panak Jaran madan bebedag 2.    Panak kambing madan wiwi 3.    Panak meng madan tai 4.    Panak bojog madan apa 5.    Panak sampi madan godel 6.    Panak bebek madan memeri 7.    Panak siap madan pitik 8.    Panak bikul madan nyingnying 9.    Panak bangkung madan kucit 10.    Panak cicing madan kuluk/konyong 11.    Panak kakul madan picipici 12.    Panak penyu madan tukik 13.    Inan lindung madan kodes 14.    Panak capung madan blauk 15.    Celeng ane kaliwat wayah kanti pesu caling madan bangkal 16.    Inan pitike madan pangina 17.    siap ane muani suba wayah madan manuk 18.    yuyu di pasihe madan cangking 19.    kakul di pasihe madan omang-omang 20. Pa nak Maca...

Perjalanan Diri

 Perjalanan menuju Harmonisasi Diri  1. #SUGIHAN_TENTEN #Buda_Pon_Sungsang ,.Disebut Sugihan Tenten karena merupakan hari Ngentenin atau  Memperingatkan, mengingatkan umat manusia bahwa sebelum Kemenangan Dharma tiba, Sang Bhuta Tiga akan hadir untuk menggoda umat manusia. 2. #SUGIHAN_JAWA   #Wrahaspati_Wage_Sungsang disebut SUGIHAN JAWA berasal dari dua kata ;      SUGI  memiliki arti bersih, suci.      JAWA ( Jaba ) yang artinya luar.  Sugihan Jawa adalah hari sebagai Pabersihan /Penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).  Pada hari ini melaksanakan upacara yang disebut #Mererebu atau #Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk Nyomia / menetralisir segala sesuatu yang Negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Sanggah /Merajan, dan Rumah.  3. #SUGIHAN_BALI #Sukra_Kliwon_Sungsang disebut Sugihan Bali memiliki makna yaitu penyucian/pembers...

NAMA - NAMA BHUTA KALA

Menurut Lontar Siwa Gama, kata Bhuta berasal dari suku “BHU” yang berarti menjadi, ada, gelap, berbentuk, mahluk. Kemudian berkembang menjadi “BHUTA” yang artinya telah diwujudkan. Sedangkan untuk kata “KALA”, berarti energi, waktu. Sehingga kata BHUTA KALA artinya adalah energi yang timbul dan mengakibatkan kegelapan. Bhuta Kala sering diwujudkan dalam bentuk iblis dengan rupa menyeramkan . Dalam Lontar Purwa Bhumi Kemulan, disebutkan nama-nama Bhuta Kala yang diciptakan dari yoga Bhatari Durga yang menghuni seluruh tempat, antara lain : . - Singha Kala di tanah - Kala Wisesa di langit - Bhuta Lamis di batu - Wisnu Pujut di malam hari - Bangbang Pita di siang hari - Kala Nundang di jalan - DoraKala di pintu gerbang - Hyang Maraja di halaman - Bhuta suci di sanggar - Bhuta Sayah di Bale agung - Kala Graha di Kuburan - Bhuta Ngadang di persimpangan jalan - Kala Dungkang di bebaturan - Bhuta Duleg di bawah tempat tidur - Bhuta Ndelik di bilah-bilah bambu galaran - Bh...