UPACARA OTONAN
Di dalam agama Hindu ada upacara
yang disebut dengan upacara Otonan. Di dalam Panca Yadnya, upacara ini termasuk
dalam Manusa Yadnya yaitu upacara yang dilakukan untuk manusia. Otonan berasal
dari kata “pawetuan”, yaitu peringatan hari lahir menurut tradisi agama Hindu
di Bali yang didasarkan pada Sapta wara, Panca wara, dan Wuku. Dalam
kalender Bali otonan dirayakan setiap 210 hari (setiap 6 bulan). Dalam tradisi
agama Hindu di Bali tidak mengenal adanya hari ulang tahun dikarenakan
mempunyai sistem perhitungan hari kelahiran yang berbeda.
Upacara otonan berdasarkan
perhitungan Saptawara (Redite, Soma, Anggara, Buda, Wraspati, Sukra,
Saniscara), Pancawara (Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon), dan Wuku yang
jumlahnya 30 (1 wuku berlaku untuk 1 minggu / 7 hari). Jadi misalnya hari lahir
seseorang adalah Soma Paing, wuku Menail, maka Otonan-nya akan diperingati
setiap Soma Paing, wuku Menail yang datangnya setiap 210 hari sekali.
Menurut BabadBali.com upacara otonan
bertujuan untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-keburukan terdahulu,
sehingga dalam kehidupan sekarang mencapai kehidupan yang lebih sempurna.
Banten atau upakara (sesajen) yang digunakan adalah Prayascita, Parurubayan,
Jajanganan, Tataban, Peras, Lis, Banten pesaksi ke bale agung (Ajuman), Sajen
turun tanah dan Sajen kumara. Khusus untuk otonan pertama kali, biasanya agak
berbeda seperti ada upacara pemotongan rambut untuk pertama kalinya.
Otonan yang pertama kali dilakukan
tentu saja ketika seorang bayi berumur tepat 210 hari dan akan diulangi terus
selama masa hidupnya. Untuk otonan yang kedua dan seterusnya biasanya dilakukan
lebih sederhana daripada sebelumnya. Namun apabila Otonan bertepatan dengan
hari Purnama biasanya akan dibuatkan lebih meriah (biasanya dengan babi
guling).
Adapun tata cara pelaksanaan upacara otonan menurut
BabadBali adalah sebagai berikut :
- Pandita / Pinandita sebagai pimpinan upacara
melakukan pemujaan untuk memohon persaksian terhadap Hyang Widhi Wasa
dengan segala manifestasinya.
- Pemujaan terhadap Siwa Raditya (Suryastawa).
- Penghormatan terhadap leluhur.
- Pemujaan saat pengguntingan rambut (potong
rambut). Ini dilakukan pertama kali, untuk Otonan selanjutnya tidak
dilakukan.
- Pemujaan saat Otonan dan persembahyangan.
Selain seperti dijelaskan diatas, upacara Otonan juga
bermakna sebagai puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas segala berkah
yang diberikan, dan juga terdapat kepercayaan bahwa pada saat upacara Otonan
itu, Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Dumadi (“roh dari orang yang
Otonan”) akan hadir dan diberikan ucapan syukur atas karunianya.
Makna Otonon
Otonan tidak
mesti dibuatkan upacara yang besar dan mewah, yang terpenting adalah nilai
rohaninya, sehingga nilai tersebut dapat mentransformasikan pencerahan kepada
setiap orang yang melaksanakan otonan.
·
Tidak ada gunanya otonan yang besar namun si anak
tidak pernah diajarkan untuk sungkem dan hormat pada orang yang lebih tua, akan
sia-sia upacara otonan itu jika hanya untuk pamer kepada tetangga.
·
Otonan harus dapat merubah perilaku yang tidak benar
menjadi tindakan yang santun, hormat, bijaksana dan welas asih baik kepada
orang tua, saudara, dan masyarakat.
·
Otonan yang dilaksanakan dengan sadhana akan
mengarahkan orang tersebut kepada realisasi diri yang tertinggi. Karena dalam
upacara otonan terkandung makna bahwa kita berasal dari Brahman dan harus
kembali kepadaNya.
Pentingnya
Otonan
Jika dalam
tradisi Hindu Bali merayakan hari ulang tahun bukanlah merupakan suatu hal yang
wajib untuk dilakukan akan tetapi beda halnya dengan Otonan. Karena di
hari itu kita memanjatkan puja kepada Sanghyang Widhi karena atas perkenan-Nya
roh/ atma bisa menjelma kembali menjadi manusia, serta mohon keselamatan dan
kesejahteraan dalam menempuh kehidupan. Dalam penetapan hari otonan tidaklah
boleh asal-asalan atau tidak boleh keliru. Karena dalam lontar pawacakan
dan lontar jyotisha, jika keliru dalam penetapan otonan anaknya akan mengalami
hal-hal yang tidak diinginkan.
Cara
Menetapkan Hari Otonan
Dalam
menentukan hari otonan yang harus dijadikan patokan adalah sistem kalender
Saka-Bali. Yang mana dalam pergantian hari atau tanggal yaitu ketika matahari
terbit (sekitar jam 6 pagi).
Jika untuk
bayi, otonan pertama kali dilakukan ketika sudah berumur 105 hari,
karena organ tubuh dianggap sudah berkembang sempurna dan semua panca
indra sudah aktif,dimana panca indra anak itu dapat membawa dampak positif dan
negatif pada kesucian jiwa,sehingga harus di lakukan Otonan /upacara tiga
bulanan.Dimana jika belum di lakukan Otonan /diupacarai tiga bulanan, maka anak
itu masih “Cuntaka” atau belum suci.
Sarana
Upacara Otonan
Dalam upacara otonan yang sederhana sarana cukup
sebagai berikut:
·
Banten Pejati (untuk Bhatara Guru/Kemulan),
·
Dapetan (sebagai tanda syukur) dan
·
Sesayut Pawetuan (untuk Sang Manumadi),
·
segehan (untuk Bhuta) dan dapat diisi kue Taart di
atasnya dikasi
·
canang sari dan dupa,
·
kemudian didoakan.
Dalam prosesi otonan, terdapat
sebuah simbolis yaitu pemasangan gelang ditangan berwarna putih. Kenapa
menggunakan benang? karena benang mempunyai kontotasi “beneng” dalam bahasa
bali halus. Yang dapat diartikan 2 hal yaitu:
1. Karena
benang sering dipergunakan sebagai sepat membuat lurus sesuatu yang diukur.ini
maksudnya agar hati yang otonan selalu di jalan yang lurus/benar
2. Benang
memiliki sifat lentur dan tidak mudah putus sebagai simbol kelenturan hati yang
otonan dan tidak mudah patah semangat.
Mantra/Doa
Dalam Otonan
Mantra yang bisa digunakan dalam otonan yaitu sebagai
berikut:
Mabya kala /bya kaon
Om shang bhuta nampik lara sang
bhuta nampik rogha,sang bhuta nampik mala,undurakna lara roga wighnanya
manusanya.Om sidhirastu Yanama Swaha .
Matepung tawar.
Om purna candra purna bayu mangka purnaya manusa
maring marcepada kadi langgenaning surya candra vmangklana langgenganipun
manusyania
Om sidhirastu ya nama Swaha.(@merta81)
Om sidhirastu ya nama Swaha.(@merta81)
Komentar
Posting Komentar