Disarikan dari berbagai lontar oleh (Alm.) Ida Bagus Made Dharma Palguna, Ph.D dalam buku Shastra Wangsa, berikut ini merupakan jenis-jenis Pendeta yang diberi "pastu" karena sudah ingkar dengan sesana kependetaanya.
WIKU AMAYONG-MAYONG:
Wiku Amayong-Mayong pada saatnya akan mendapatkan neraka, karena benar-benar tahu bagaimana tingkah laku yang disebut “putus”, namun perilaku dirinya masih serba meraba-raba. Sungguh-sungguh wiku jaman Kali, Wiku Amayong-Mayong namanya. Bukannya menyebabkan kerahayuan jagat, sebaliknya menyebabkan kehancuran. Karena berat pada pamerih, Weda mantra tanpa perhatian. Sebaiknya seorang wiku, ia tidak terpengaruh oleh harta kekayaan. Sebab lantaran terikat kesenangan, mantra menjadi tidak berkekuatan, pengetahuan tidak ada, Weda tidak menembus pada kehalusan tattwa.
WIKU ANILIBAKEN RAT
Wiku jenis ini mengharapkan balasan jasa [guruyaga] yang besar. Jalan pikiran wiku jenis ini, menggampangkan weda dan shastra karena diduga orang yang punya yajna tidak akan mengetahui salah benarnya. Seperti itu jalan pikiran wiku jenis ini. Apabila ada wiku sekelas ini, janganlah hendaknya dijadikan tempat penyucian bagi para raja, baik untuk upacara mayat [sawawedana], upacara abu jenasah [astiwedana], karena tidak akan mampu wiku jenis ini membersihkan kekotoran mayat. Kalau untuk upacara abu jenasah, tidak akan bisa dientaskan kekotoran abu-abu jenasah itu. [SPT]
WIKU ANYOLONG SMARA:
Wiku Anyolong Smara adalah sebutan untuk seorang pendeta yang melakukan hubungan badan dengan seorang atau beberapa orang perempuan yang bukan istrinya. Menurut shastra dan sasana-nya, wiku anyolong smara seperti itu harus segera dicabut status kependetaannya.
WIKU CACING:
Apa atau siapakah yang dimaksudkan dengan sebutan Wiku Cacing? Istilah Wiku Cacing disebutkan di dalam teks berjudul Wiksu Pungu. Menurut teks Wiksu Pungu, yang dimaksudkan dengan Wiku Cacing adalah seorang pendeta yang memperkarakan sepetak sawah yang tidak bisa lagi diperkarakan. Pendeta seperti itulah salah satu contoh Wiku Cacing menurut Wiksu Pungu.
WIKU KALICUN KATAKA:
Istilah Wiku Kalicun Kataka disebutkan di dalam teks Tatakrama Ning Wiku Mayasa Dharma. Yang dimaksudkan dengan Wiku Kalicun Kataka adalah seorang wiku yang berjumpa dengan musuhnya, kemudian membuat pertengkaran. Wiku ini sangat beresiko, bukan Wiku Dharma melainkan Kalicun Kataka namanya. Wiku seperti ini tidak boleh melakukan puja parakrama, karena sudah salah jalan namanya.
WIKU SISU PALING:
Istilah Wiku Sisu Paling disebutkan di dalam teks Shastra Purwana Tattwa. Menurut teks itu, yang dimaksudkan dengan Wiku Sisu Paling adalah seorang pendeta yang dari sisi luarnya kelihatan suci, tapi di dalamnya dusta, loba, iri hati, dan sejenisnya. Wiku seperti itu akan menumbuhkan banyak masalah bagi lingkungan sekitarnya. Karena pendeta seperti itu sudah bermasalah di dalam dirinya sendiri, yakni beda di dalam lain di luar.
WIKU AMAYONG-MAYONG:
Wiku Amayong-Mayong pada saatnya akan mendapatkan neraka, karena benar-benar tahu bagaimana tingkah laku yang disebut “putus”, namun perilaku dirinya masih serba meraba-raba. Sungguh-sungguh wiku jaman Kali, Wiku Amayong-Mayong namanya. Bukannya menyebabkan kerahayuan jagat, sebaliknya menyebabkan kehancuran. Karena berat pada pamerih, Weda mantra tanpa perhatian. Sebaiknya seorang wiku, ia tidak terpengaruh oleh harta kekayaan. Sebab lantaran terikat kesenangan, mantra menjadi tidak berkekuatan, pengetahuan tidak ada, Weda tidak menembus pada kehalusan tattwa.
WIKU ANILIBAKEN RAT
Wiku jenis ini mengharapkan balasan jasa [guruyaga] yang besar. Jalan pikiran wiku jenis ini, menggampangkan weda dan shastra karena diduga orang yang punya yajna tidak akan mengetahui salah benarnya. Seperti itu jalan pikiran wiku jenis ini. Apabila ada wiku sekelas ini, janganlah hendaknya dijadikan tempat penyucian bagi para raja, baik untuk upacara mayat [sawawedana], upacara abu jenasah [astiwedana], karena tidak akan mampu wiku jenis ini membersihkan kekotoran mayat. Kalau untuk upacara abu jenasah, tidak akan bisa dientaskan kekotoran abu-abu jenasah itu. [SPT]
WIKU ANYOLONG SMARA:
Wiku Anyolong Smara adalah sebutan untuk seorang pendeta yang melakukan hubungan badan dengan seorang atau beberapa orang perempuan yang bukan istrinya. Menurut shastra dan sasana-nya, wiku anyolong smara seperti itu harus segera dicabut status kependetaannya.
WIKU CACING:
Apa atau siapakah yang dimaksudkan dengan sebutan Wiku Cacing? Istilah Wiku Cacing disebutkan di dalam teks berjudul Wiksu Pungu. Menurut teks Wiksu Pungu, yang dimaksudkan dengan Wiku Cacing adalah seorang pendeta yang memperkarakan sepetak sawah yang tidak bisa lagi diperkarakan. Pendeta seperti itulah salah satu contoh Wiku Cacing menurut Wiksu Pungu.
WIKU KALICUN KATAKA:
Istilah Wiku Kalicun Kataka disebutkan di dalam teks Tatakrama Ning Wiku Mayasa Dharma. Yang dimaksudkan dengan Wiku Kalicun Kataka adalah seorang wiku yang berjumpa dengan musuhnya, kemudian membuat pertengkaran. Wiku ini sangat beresiko, bukan Wiku Dharma melainkan Kalicun Kataka namanya. Wiku seperti ini tidak boleh melakukan puja parakrama, karena sudah salah jalan namanya.
WIKU SISU PALING:
Istilah Wiku Sisu Paling disebutkan di dalam teks Shastra Purwana Tattwa. Menurut teks itu, yang dimaksudkan dengan Wiku Sisu Paling adalah seorang pendeta yang dari sisi luarnya kelihatan suci, tapi di dalamnya dusta, loba, iri hati, dan sejenisnya. Wiku seperti itu akan menumbuhkan banyak masalah bagi lingkungan sekitarnya. Karena pendeta seperti itu sudah bermasalah di dalam dirinya sendiri, yakni beda di dalam lain di luar.
Komentar
Posting Komentar