*Bagaimana cara merealisasi pencerahan?*
Kata kuncinya adalah penyadaran. Penyadaran merupakan prasyarat meditasi. Jika kita tidak memiliki penyadaran, maka kita tidak dapat bermeditasi dengan benar.
Sangatlah penting kita untuk memahami hal ini.
Penyadaran yang kurang adalah alasan utama bagi kita tidak bisa mencapai kondisi meditasi mendalam.
Nah, pertanyaannya sekarang, memahami penyebab munculnya penyadaran, memahami bagaimana kita bisa sadar.
Orang sering berpikir bahwa jika kita berusaha cukup keras berlatih utk sadar, maka kita akan sadar. Namun, jika batin kita terkotori oleh kotoran batin, walau kita berjuang sekeras apapun, penyadaran tidak akan bangkit.
Penyadaran bukan sekedar tidak bicara atau berjuang keras, itu saja tidak cukup.
Kita perlu menyiapkan batin agar penyadaran bisa muncul.
Jadi, apa yang menimbulkan penyadaran?
Apa yang perlu kita persiapkan agar penyadaran bisa muncul?
Penyebab penyadaran adalah keluhuran moralitas dan tanpa keluhuran ini, penyadaran menjadi terlalu lemah untuk meditasi. Mengapa bisa begitu?
Sebab keluhuran moralitas membangkitkan tanpa penyesalan dan tanpa penyesalan membangkitkan kegembiraan.
Bagaimana cara kerjanya hal ini?
Kegembiraan yang muncul dari keluhuran moralitas bersifat spiritual dan tidak terkait dengan kenikmatan indrawi. Kegembiraan ini adalah kegembiraan memiliki hati yang baik, dari perilaku bermoral.
Saat gembira, maka batin memiliki energi alami, energi penyadaran, energi yang muncul dari perasaan yang positif, dan kita menjadi mawas karena kegembiraan spiritual membuat momen kini menjadi begitu menggembirakan
Jadi, sekali lagi penyebab penyadaran adalah keluhuran moralitas dan tanpa keluhuran ini, penyadaran menjadi terlalu lemah untuk meditasi. Maka jika meditasi kita tidak berkembang dengan benar, kita perlu menyelidiki apakah moralitas kita sudah luhur atau belum dan kemudian kita bisa lakukan upaya untuk mengembangkan keluhuran moralitas kita.
Namun yang penting untuk diingat adalah keluhuran moralitas bukan hanya sekedar menghindari melakukan perbuatan-perbuatan jahat, namun juga melakukan yang baik yaitu
dengan melakukan kebajikan dalam hidup kita, melalui ucapan yang baik, dan perbuatan yang baik.
Saat kita melakukannya, kita membangun batin yang indah. Ini akan menjadi penyokong yang kuat bagi meditasi kita.
Namun, agar penyadaran kuat dan kokoh, keluhuran tindakan dan ucapan tidaklah mencukupi. Kita juga memerlukan keluhuran batin. Saat kita menjalani keluhuran perbuatan dan ucapan melalui pengendalian diri, pikiran kita masih belum murni. Untuk mengatasi kotoran batin itu, kita perlu menggarap pikiran kita sedemikian rupa sehingga mengubah cara kita berpikir. Hal ini penting agar meditasi kita bisa berkembang.
Nah, salah satu kotoran batin yang paling penting untuk diatasi adalah kemarahan dalam berbagai wujudnya, termasuk kekesalan dan suasana batin negatif lainnya seperti--kebencian, iri hati, yang menimbulkan penyesalan.
Kemarahan adalah kualitas batin yang menyebabkan banyak sekali duka, bagi diri sendiri maupun orang lain, dan musuh terbesar bagi kemajuan meditasi.
Jadi penting sekali mengatasi kemarahan dalam berbagai wujud, seperti yang saya sebutkan di atas. Bagaimana caranya?
Sang Buddha mengajarkan cara terbaik mengatasi keadaan batin negatif adalah menggunakan kebijaksanaan yaitu menanyai diri kita sendiri ke mana kemarahan itu akan membawa kita. Jika kita merenungi hal itu, maka kita akan menyadari bahwa kemarahan selalu membawa menuju penderitaan, bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika kita mengerahkan upaya merenung seperti itu, maka seiring waktu kita perlahan-lahan akan berubah-- kita mulai melihat hal-hal dengan cara yang baru; kita mulai melihat dunia dengan lebih welas asih dan baik hati. Seiring kemarahan, suasana batin negatif, dan kekesalan kita berkurang, kita akan merasakan bahwa kita menjadi orang yang lebih baik, orang yang lebih sabar.
Betapa menakjubkan mengamati hal itu terjadi dalam diri kita. Perlahan-lahan, kita berubah; kita mentransformasi diri sendiri menjadi orang yang baru.
Perenungan lainnya yang dianjurkan Buddha adalah melihat bagaimana kemarahan melukai batin. Renungi bagaimana rasanya batin saat kita marah dan bandingkan itu dengan saat kita benar- benar damai. Perbedaannya sangat besar bukan? Kita merasa terbakar dari dalam ketika marah. Mengapa kita ingin marah jika ada pilihan untuk tidak marah?
Perenungan lainnya lagi, renungkan bahwa kemarahan, suasana batin negatif, dan kekesalan ini melukai-- berbahaya; karena ini benar-benar membawa derita bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Semakin kuat kita bisa mempersepsikan bahwa inilah masalah sebenarnya, semakin kuat kemampuan kita untuk berpaling darinya. Ketika persepsi bahaya kemarahan menjadi kuat dan jernih, maka itu menjadi alat yang kuat untuk dikerahkan dalam mengatasi kemarahan kita. Saat kemarahan mulai muncul, yang perlu kita lakukan adalah membangkitkan persepsi bahaya, dan kemarahan akan lenyap dengan sendirinya.
Perenungan-perenungan seperti itu adalah salah satu cara paling bagus untuk mengatasi keadaan batin yang negatif, kemarahan, kekesalan dllnya.
Seiring waktu, saat kita menjadi orang yang baru dengan mengembangkan cara pandang yang baru, kita menyadari bahwa kemarahan, kekesalan, dan suasana batin negatif kita berkurang, dan perlahan-lahan kegembiraan bertambah dalam batin kita. Kegembiraan muncul dari realitas bahwa kita menjadi orang yang lebih baik. Dan seiring kegembiraan bertambah kuat, penyadaran pun bertambah kuat, karena kotoran batin yang menjadi penghalang penyadaran berkurang.
Sekarang jika, anda mampu mengurangi rintangan batin seperti di atas dalam hidup sehari-hari, maka anda akan menyadari saat anda ikut retreat, anda mampu melihat hal-hal yang sebelumnya lolos dari perhatian anda.
Seiring kita berubah, meditasi kita menjadi makin tenang dan mendalam. Saat kita memiliki kekuatan penyadaran dan kegembiraan batin, kita sekadar duduk, mengamati napas, dan meditasi terjadi dengan sendirinya , tidak perlu tenaga atau usaha yang keras. Karena kita memiliki penyadaran, pengamatan menjadi alami dan mudah, tanpa memerlukan kekuatan tekad. Meditasi menjadi makin lama makin kuat, makin mendalam. Yang perlu kita lakukan hanya hadir di sana.
Jadi sekali lagi, aspek terpenting dari keberhasilan dalam meditasi, bergantung pada kemurnian batin, dan keluhuran moralitas. Hanya dengan begitu kita mampu mengurangi kotoran dalam batin, terutama kemarahan dan suasana batin yang negatif serta aspek nafsu yang lebih kasar. Barulah meditasi kita pada akhirnya akan lepas landas, berkembang pesat.
--- Uraian di atas disadur dari kotbah ajahn Brahmali🙏🏼
Kata kuncinya adalah penyadaran. Penyadaran merupakan prasyarat meditasi. Jika kita tidak memiliki penyadaran, maka kita tidak dapat bermeditasi dengan benar.
Sangatlah penting kita untuk memahami hal ini.
Penyadaran yang kurang adalah alasan utama bagi kita tidak bisa mencapai kondisi meditasi mendalam.
Nah, pertanyaannya sekarang, memahami penyebab munculnya penyadaran, memahami bagaimana kita bisa sadar.
Orang sering berpikir bahwa jika kita berusaha cukup keras berlatih utk sadar, maka kita akan sadar. Namun, jika batin kita terkotori oleh kotoran batin, walau kita berjuang sekeras apapun, penyadaran tidak akan bangkit.
Penyadaran bukan sekedar tidak bicara atau berjuang keras, itu saja tidak cukup.
Kita perlu menyiapkan batin agar penyadaran bisa muncul.
Jadi, apa yang menimbulkan penyadaran?
Apa yang perlu kita persiapkan agar penyadaran bisa muncul?
Penyebab penyadaran adalah keluhuran moralitas dan tanpa keluhuran ini, penyadaran menjadi terlalu lemah untuk meditasi. Mengapa bisa begitu?
Sebab keluhuran moralitas membangkitkan tanpa penyesalan dan tanpa penyesalan membangkitkan kegembiraan.
Bagaimana cara kerjanya hal ini?
Kegembiraan yang muncul dari keluhuran moralitas bersifat spiritual dan tidak terkait dengan kenikmatan indrawi. Kegembiraan ini adalah kegembiraan memiliki hati yang baik, dari perilaku bermoral.
Saat gembira, maka batin memiliki energi alami, energi penyadaran, energi yang muncul dari perasaan yang positif, dan kita menjadi mawas karena kegembiraan spiritual membuat momen kini menjadi begitu menggembirakan
Jadi, sekali lagi penyebab penyadaran adalah keluhuran moralitas dan tanpa keluhuran ini, penyadaran menjadi terlalu lemah untuk meditasi. Maka jika meditasi kita tidak berkembang dengan benar, kita perlu menyelidiki apakah moralitas kita sudah luhur atau belum dan kemudian kita bisa lakukan upaya untuk mengembangkan keluhuran moralitas kita.
Namun yang penting untuk diingat adalah keluhuran moralitas bukan hanya sekedar menghindari melakukan perbuatan-perbuatan jahat, namun juga melakukan yang baik yaitu
dengan melakukan kebajikan dalam hidup kita, melalui ucapan yang baik, dan perbuatan yang baik.
Saat kita melakukannya, kita membangun batin yang indah. Ini akan menjadi penyokong yang kuat bagi meditasi kita.
Namun, agar penyadaran kuat dan kokoh, keluhuran tindakan dan ucapan tidaklah mencukupi. Kita juga memerlukan keluhuran batin. Saat kita menjalani keluhuran perbuatan dan ucapan melalui pengendalian diri, pikiran kita masih belum murni. Untuk mengatasi kotoran batin itu, kita perlu menggarap pikiran kita sedemikian rupa sehingga mengubah cara kita berpikir. Hal ini penting agar meditasi kita bisa berkembang.
Nah, salah satu kotoran batin yang paling penting untuk diatasi adalah kemarahan dalam berbagai wujudnya, termasuk kekesalan dan suasana batin negatif lainnya seperti--kebencian, iri hati, yang menimbulkan penyesalan.
Kemarahan adalah kualitas batin yang menyebabkan banyak sekali duka, bagi diri sendiri maupun orang lain, dan musuh terbesar bagi kemajuan meditasi.
Jadi penting sekali mengatasi kemarahan dalam berbagai wujud, seperti yang saya sebutkan di atas. Bagaimana caranya?
Sang Buddha mengajarkan cara terbaik mengatasi keadaan batin negatif adalah menggunakan kebijaksanaan yaitu menanyai diri kita sendiri ke mana kemarahan itu akan membawa kita. Jika kita merenungi hal itu, maka kita akan menyadari bahwa kemarahan selalu membawa menuju penderitaan, bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika kita mengerahkan upaya merenung seperti itu, maka seiring waktu kita perlahan-lahan akan berubah-- kita mulai melihat hal-hal dengan cara yang baru; kita mulai melihat dunia dengan lebih welas asih dan baik hati. Seiring kemarahan, suasana batin negatif, dan kekesalan kita berkurang, kita akan merasakan bahwa kita menjadi orang yang lebih baik, orang yang lebih sabar.
Betapa menakjubkan mengamati hal itu terjadi dalam diri kita. Perlahan-lahan, kita berubah; kita mentransformasi diri sendiri menjadi orang yang baru.
Perenungan lainnya yang dianjurkan Buddha adalah melihat bagaimana kemarahan melukai batin. Renungi bagaimana rasanya batin saat kita marah dan bandingkan itu dengan saat kita benar- benar damai. Perbedaannya sangat besar bukan? Kita merasa terbakar dari dalam ketika marah. Mengapa kita ingin marah jika ada pilihan untuk tidak marah?
Perenungan lainnya lagi, renungkan bahwa kemarahan, suasana batin negatif, dan kekesalan ini melukai-- berbahaya; karena ini benar-benar membawa derita bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Semakin kuat kita bisa mempersepsikan bahwa inilah masalah sebenarnya, semakin kuat kemampuan kita untuk berpaling darinya. Ketika persepsi bahaya kemarahan menjadi kuat dan jernih, maka itu menjadi alat yang kuat untuk dikerahkan dalam mengatasi kemarahan kita. Saat kemarahan mulai muncul, yang perlu kita lakukan adalah membangkitkan persepsi bahaya, dan kemarahan akan lenyap dengan sendirinya.
Perenungan-perenungan seperti itu adalah salah satu cara paling bagus untuk mengatasi keadaan batin yang negatif, kemarahan, kekesalan dllnya.
Seiring waktu, saat kita menjadi orang yang baru dengan mengembangkan cara pandang yang baru, kita menyadari bahwa kemarahan, kekesalan, dan suasana batin negatif kita berkurang, dan perlahan-lahan kegembiraan bertambah dalam batin kita. Kegembiraan muncul dari realitas bahwa kita menjadi orang yang lebih baik. Dan seiring kegembiraan bertambah kuat, penyadaran pun bertambah kuat, karena kotoran batin yang menjadi penghalang penyadaran berkurang.
Sekarang jika, anda mampu mengurangi rintangan batin seperti di atas dalam hidup sehari-hari, maka anda akan menyadari saat anda ikut retreat, anda mampu melihat hal-hal yang sebelumnya lolos dari perhatian anda.
Seiring kita berubah, meditasi kita menjadi makin tenang dan mendalam. Saat kita memiliki kekuatan penyadaran dan kegembiraan batin, kita sekadar duduk, mengamati napas, dan meditasi terjadi dengan sendirinya , tidak perlu tenaga atau usaha yang keras. Karena kita memiliki penyadaran, pengamatan menjadi alami dan mudah, tanpa memerlukan kekuatan tekad. Meditasi menjadi makin lama makin kuat, makin mendalam. Yang perlu kita lakukan hanya hadir di sana.
Jadi sekali lagi, aspek terpenting dari keberhasilan dalam meditasi, bergantung pada kemurnian batin, dan keluhuran moralitas. Hanya dengan begitu kita mampu mengurangi kotoran dalam batin, terutama kemarahan dan suasana batin yang negatif serta aspek nafsu yang lebih kasar. Barulah meditasi kita pada akhirnya akan lepas landas, berkembang pesat.
--- Uraian di atas disadur dari kotbah ajahn Brahmali🙏🏼
Komentar
Posting Komentar