Perjalanan menuju Harmonisasi Diri
1. #SUGIHAN_TENTEN
#Buda_Pon_Sungsang ,.Disebut Sugihan Tenten karena merupakan hari Ngentenin atau Memperingatkan, mengingatkan umat manusia bahwa sebelum Kemenangan Dharma tiba, Sang Bhuta Tiga akan hadir untuk menggoda umat manusia.
2. #SUGIHAN_JAWA
#Wrahaspati_Wage_Sungsang disebut SUGIHAN JAWA berasal dari dua kata ;
SUGI memiliki arti bersih, suci.
JAWA ( Jaba ) yang artinya luar.
Sugihan Jawa adalah hari sebagai Pabersihan /Penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).
Pada hari ini melaksanakan upacara yang disebut #Mererebu atau #Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk Nyomia / menetralisir segala sesuatu yang Negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Sanggah /Merajan, dan Rumah.
3. #SUGIHAN_BALI
#Sukra_Kliwon_Sungsang disebut Sugihan Bali memiliki makna yaitu penyucian/pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit (kata Bali=Wali=dalam).
Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Pabersihan / Palukatan sebagai simbolis penyucian Jasmani dan Rohani .
4. #PENYEKEBAN
#Redite_Pahing_Dungulan disebut Penyekeban ini memiliki makna filosofis untuk “ #Nyekeb_Indrya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan .
Pada Hari inilah
#SANG_BHUTA_GALUNGAN
( sifat ingin berperang / berkelahi ).
Dalam Lontar Sunarigama disebutkan ' #Anyekung_Jnana' yang artinya mendiamkan pikiran agar tidak dimasuki oleh Bhuta Galungan karena yang digoda saat itu adalah ;
PIKIRAN atau IDEP
( #MANACIKA diparisudha )
Jika berhasil menaklukkan Bhuta Galungan tersebut, berarti dari sisi #Wewaran dimaknai JAYA (Catur Wara / Menang) atas KALA ( Astawara ) (Godaan Bhuta),”
5. #PENYAJAAN
#Senin_Pon_Dungulan disebut Penyajaan berasal dari kata SAJA yang dalam bahasa Bali artinya Benar, Serius.
Pada hari inilah ;
#SANG_BHUTA_DUNGULAN
( Sifat ingin Menaklukkan / Menang )
Panyajan dalam Lontar Sundarigama disebutkan ;
'Pangastawaning
Sang Ngamong Yoga Samadhi'.
Saat inilah Sang Bhuta Dunggulan melakukan godaan terhadap UCAPAN manusia. "Jadi, sebisa mungkin #WACIKA harus diparisudha, artinya berkata yang baik, tidak memancing amarah orang lain yang bisa menggoda ucapan manusia dalam memahami Galungan. Jika berhasil dilalui berarti sudah Jaya atas Kala,”
6. #PENAMPAHAN
#Anggara_Wage_Dungulan. Penampahan atau Penampan mempunyai arti #Nampa yang berarti 'Menyambut'. godaan terakhir datang dari ;
#SANG_BHUTA_AMANGKURAT
( sifat Ingin menguasai, )
Bhuta ini menggoda prilaku manusia dalam memahami Galungan.
“Makna sesungguhnya dari hari panampahan ini adalah membunuh sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri, bukan semata-mata membunuh hewan korban, karena musuh sebenarnya ada di dalam diri, bukan di luar dan termasuk sifat hewani tersebut.
Dikatakannya, ini sesuai dengan lontar Sundarigama, yaitu
#PAMYAKALA_KALA
#MALARADAN
Membayar hutang
kepada
RUANG dan WAKTU.
Apabila unsur KALA-nya yang unggul, maka akan menampilkan pemahaman yang maboya (ingkar) terhadap Hari Raya Galungan. Sedangkan bila unsur JAYA yang unggul, maka akan menampilkan pemahaman yang ngugu (yakin) dan tuwon (satya), tak tergoyahkan melaksanakan Hari Raya Galungan.
Disaat inilah #KAYIKA ( perbuatan ) di parisudha. Sundari-Gama mengajarkan agar :
....den prayitna anjekung jnana nirmala,
lamakane den kasurupan.
Hendaklah meneguhkan hati agar jangan sampai terpengaruh oleh bhuta - bhuta (keletehan-keletehan) hati tersebut.
Inilah hakikat #Abhya_Kala (Mabiakala) dan Metetebasan yang dilakukan pada hari Penampahan ini.
WAJIB kemudian menghaturkan CARU di Desa atau Perempatan baik itu dari tingkat Nista, Madya,Utama .
Setiap Senjata peperangan di Pasupati untuk mendapatkan kemenangan.
Untuk manusianya diupacarai Prayascita oleh Sang Maha
Pendeta, agar menemukan HARMONISASI
Carunya..........!!!
• Sekurang-kurangnya NASI SASAH
warna TIGA,
Tandinganya mengikuti Urip,
• Putih 5 tanding,
• Merah 9 tanding,
• Gelap 4 tanding,
• Dagingnya olahan lengkap dari babi,
• Diisi Tetabuhan, Segehan Agung
Taruhlah caru tersebut di pekarangan rumah, atau di lebuh panggillah Sang Butha Galungan.
Sementara manusianya diupacarai dengan PABYAKALA , PRAYASCITA,
7. #GALUNGAN
#Buda_Kliwon_Dungulan , ( GALUNGAN ) adalah hari di
mana ;
• Harmonisasi diri itu didapat,
• Terang Benderang,
• Kemenangan dari segala BENTUK
PIKIRAN,
Itu sebabnya patut dipersembahkan Upakara kepada Para Dewa Bhatara di Parahyangan, rumah, Pekarangan, Lumbung, Dapur, Hulu Kuburan, Hulu Desa, Hulu Sawah, Gunung, Samudera, juga Perabotan yang ada di rumah.
Ada pun bantennya di Sanggah Besar maupun Kecil,
•Tumpeng Panyajan,
• Wawakulan,
• Canang Maraka,
• Penek Ajuman,
• Kembang Payas,
• Sedah Woh, Wangi-wangi,
• Pasucian,
• Jrimpen Pajegan, Tumpeng, etc
• Dagingnya adalah Jeroan dan
Daging Goreng,
• Dihaturkan sebelumnya diawali
dengan Bunga Harum dan Dupa.
Sang Pendeta atau semua orang pandai , agar melaksanakan YOGA di hari Galungan untuk memuja ;
SANG HYANG DHARMA
Persembahyangan dimulai dari di rumah masing-masing ,Sanggah/Merajan hingga ke Pura.
Bagi umat yang memiliki anggota keluarga yang masih berstatus [Makingsan di Pertiwi] (mapendem/dikubur), maka umat tersebut wajib untuk membawakan banten ke kuburan dengan istilah MAMUNJUNG ka Setra.
Galungan yang jatuh pada wewaran ;
UMA - MANDALA
Jika ditelisik dari sisi Wariga, bahwa ;
UMA ( Sawah )
simbol dari kesuburan (padi).
MANDALA diartikan
sebagai Jagad atau Bumi.
8. #UMANIS_GALUNGAN
#Wrahaspati_Umanis_Dungulan, hari untuk ngelungsur dan wajib juga untuk ke pantai, mandi dengan air kembang, kemudian bersembahyang lagi di SANGGAH dengan menghaturkan Segehan di bawah. Barulah banten itu dilungsur.
Setelah itu dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
Anak-anak akan melakukan tradisi NGELAWANG
, di mana anak-anak akan menarikan barong disertai gamelan dari pintu rumah penduduk satu ke yang lainnya (lawang ke lawang), penduduk yang mempunyai rumah tersebut kemudian akan keluar dari rumah sambil membawa canang dan sesari/uang, penduduk percaya bahwa dengan tarian barong ini dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.
9. #PEMARIDAN_GURU
#Saniscara_Pon_Dungulan disebut Pemaridan Guru berasal dari kata ;
MARID ( Memarid )
sama artinya dengan Ngelungsur /
Nyurud ( memohon) ,
GURU tiada lain adalah
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dapat diartikan bahwa hari ini adalah hari untuk nyurud/ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru.
10. #ULIHAN
Redite Wage wuku Kuningan disebut ;
ULIHAN artinya Pulang / Kembali.
Maksud hari ini adalah hari kembalinya Para Dewata-Dewati /Leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur.
11. #PEMACEKAN_AGUNG
Soma Kliwon wuku Kuningan disebut dengan Pemacekan Agung ,
• Wajib ketika Sandikala menghaturkan
Segehan di tempat yang dianggap
Keramat,
•Masambleh Ayam Sama Lulung.
Tujuannya tiada lain adalah mengembalikan Sang Buta Kala
Galungan dan juga bala rencangnya ke ALAM PARA BHUTA.
12. #KUNINGAN
Saniscara Kliwon Wuku Kuningan adalah HARI TURUNNYA PARA DEWATA , yang diiringi oleh
para LELUHUR, Berbuatlah yang baik, dengan Memujanya.
Upakaranya ;
• Nasi di Slanggi,
• Tebog, dengan Rakanya, Pasucian,
• Canang Wangi-wangi selengkapnya
• GEGANTUNGAN ;
TAMIANG adalah simbol senjata
Dewa Wisnu karena menyerupai
Cakra,
KOLEM adalah simbol senjata
Dewa Mahadewa,
ENDONG tersebut adalah simbol
kantong perbekalan yang dipakai
oleh Para Dewata dan Leluhur
Janganlah lupa memuja dengan upakara tersebut agar TIDAK LEWAT DARI TENGAH HARI , sebab jika sudah TAJEG SURYA , Para Dewata akan kembali ke Sorga.
Yang wajib dilaksanakan adalah ;
BAGAIMANA
BERTINGKAH LAKU YANG BAIK
Upakara untuk manusianya ;
• Prayascita,
• Sesayut Nasi Kuning,
• Daging Bebek Putih,
• Penyeneng,
Lakukan itu untuk mendapatkan;
KESUCIAN DALAM BERPIKIR.
Jangan lupa melaksanakan YOGA SEMADI.
Di pekarangan hendaknya dipersembahkan Segehan Agung .
13. #PEGAT_WAKAN
Buda Kliwon wuku Pahang disebut dengan Pegat Wakan , yaitu Akhir
dari YOGA selama dari Galungan.
Sang Pendeta atau Sang Mahatahu, menggelar yoga, menyatu dengan SEMESTA, ;
Upakaranya adalah Semua yang berasal dari makhluk hidup beserta Wangiwangi, memuja Para Dewa, disertai SESAYUT DIRGAYUSA
dihaturkan di Sang Hyang Tunggal didahului oleh PENYENENG dan TETEBUS.
®Warih Mula Keto
Komentar
Posting Komentar